Total Tayangan Laman

Laman

Kamis, 07 Juni 2012

TIMBUKTU


TIMBUKTU
Timbuktu adalah sebuah daerah yang terdapat di Mali, Afrika Barat. Kota ini dihuni oleh suku Songhay, Tuareg, Fulani, dan Moor. Kota ini sering kali dibilang terletak di Sungai Niger, namun sebenarnya terletak 15 km utara sungai itu. Kota ini juga berada di daerah persimpangan dari Perdagangan Trans-Sahara baik dari barat ke timur, sampai utara ke selatan. Kota ini dulu dan sekarang, merupakan tempat penyaluran garam dari Taoudenni.
Letak geografisnya membuatnya sebuah tempat pertemuan alami bagi populasi Afrika di sekitarnya dan suku Berber yang nomaden dan orang Arab dari utara. Sejarahnya yang panjang sebagai pos perdagangan yang menghubungkan Afrika Barat dengan Berber, Arab dan Yahudi melalui Afrika Utara, dan juga secara tidak langsung dengan pedagang dari Eropa, telah memberikannya status fabel, dan di barat, dia merupakan sebuah metafora untuk tanah jauh yang eksotik. Kontribusi Timbuktu yang panjang kepada kebudayaan Islam dan dunia adalah pelajar. Kontribusi Timbukti terhadap dunia Islam adalah ilmu pengetahuan Pada abad ke-14 banyak buku penting ditulis dan dikopi di Timbuktu, membuat kota ini sebagai pusat tradisi tertulis penting di Afrika.
Timbuktu didirikan oleh suku Tuareg pada awal abad ke-10. Menurut etimologi populer, namanya dibuat dari tin dimana berarti tempat dan buktu, nama dari wanita tua Mali yang diketahui karena kelurusan hatinya dan yang suatu hari tinggal di daerah itu. Tuareg dan pengelana lainnya mempercayakan wanita ini barang yang mereka tidak digunakan saat kembali dari kunjungannya ke utara. Hingga, saat Tuareg kembali ke rumahnya, ia ditanya dimana ia meninggalkan barangnya, lalu ia menjawab: Saya meninggalkannya di Tin Buktu, Tin Buktu berarti tempat dimana seorang wanita yang bernama Buktu tinggal. 2 hubungan ini akhirnya bergabung menjadi 1 kata, dan memberikan kota ini nama Tinbuktu yang nantinya menjadi Timbuktu. Namun, orang Perancis yang bernama René Basset memberikan teori yang lebih masuk akal: pada bahasa Berber, "buqt" berarti ""sangat jauh", karena itu, "Tin-Buqt(u)" berarti tempat yang merupakan ujung dunia, karena itu orang menggambarkan dirinya pergi ke ujung dunia dengan pergi ke Timbuktu.
Seperti pendahulunya, Tiraqqa, kota perdagangan yang bertetangga dengan Wangara, Timbuktu berkembang menjadi sangat kaya karena peran kuncinya dalam Perdagangan Trans-Sahara dengan komoditi emas, gading, budak, garam, dan komoditi lain dari pedagang Tuareg, Moor dan Fulani. Jika Sahara berfungsi sebagai laut, Timbuktu adalah pelabuhan utamanya. Kota ini juga merupakan kota utama dalam beberapa kekaisaran: Kerajaan Ghana, Kerajaan Mali dari tahun 1324, dan Kerajaan Songhai dari tahun 1468, pendudukan kedua dimulai saat kekaisaran menyingkirkan kepemimpinan Tuareg yang telah mendapatkan kekuasaan. Kota ini mencapai kejayaannya pada abad ke-16. Pemimpin Kerajaan Songhai mulai mengekspansi kekuasaannya di sungai Niger. Seperti kerajaan Ghana dan Mali yang telah hilang di daerah itu pada abad sebelumnya, Songhai berkembang lebih kuat karena kekuasaannya terhadap rute perdagangan lokal. Timbukti segera menjadi jantung kekaisaran Songhai. Kota ini menjadi kaya karena banyak pedagang yang berkelana di rute perdagangan berhenti disitu. pada masa itu ilmu pengetahuan dan peradaban tumbuh sangat pesat di Timbuktu. Rakyatnya begitu gemar membaca buku. Permintaan buku di Timbuktu sangat tinggi. Setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Sehingga, perdagangan buku di kota itu menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibanding bisnis lainnya.
Sejak abad ke-11, Timbuktu sudah menjadi pelabuhan penting dan menjadi tempat beragam barang dari Afrika Barat dan Afrika Utara diperdagangkan. Ketika itu garam merupakan produk yang sangat bernilai. Di Timbuktu, garam dijual atau ditukar dengan emas. Kemakmuran kota itu menarik perhatian para sarjana berkulit hitam, pedagang kulit hitam, dan saudagar Arab dari Afrika Utara.Garam, buku, dan emas merupakan tiga komoditas unggulan yang begitu tinggi angka permintaannya pada era itu. Garam berasal dari wilayah Tegaza dan emas diproduksi dari tambang emas di Boure dan Banbuk. Sedangkan buku dicetak dan diproduksi para sarjana atau berkulit hitam dan ilmuwan dari Sanhaja.
Proses pembangunan pertama kali berlangsung di Timbuktu pada awal abad ke-12. Para arsitek Afrika dari Djenne dan arsitek Muslim dari Afrika Utara mulai membangun kota itu. Pembangunan di Timbuktu berlangsung menandai berkembang pesatnya perdagangan dan ilmu pengetahuan. Saat itu, Raja Soso diserbu kerajaan Ghana. Sehingga, para ilmuwan dari Walata eksodus ke Timbuktu.
Timbuktu pun menjelma menjadi pusat pembelajaran Islam serta sentra perdagangan. Di abad ke-12 M, Timbuktu telah memiliki tiga universitas serta 180 sekolah Alquran. Ketiga universitas Islam yang sudah berdiri di wilayah itu antara lain Sankore University, Jingaray Ber University, dan Sidi Yahya University. Inilah masa keemasan peradaban Islam di Afrika. Buku-buku yang dijual di kota itu banyak yang didatangkan dari negeri Islam lainnya. Selain itu, tak sedikit pula buku-buku yang diperjualbelikan adalah hasil karya para ilmuwan dan sarjana di Tumbuktu. Di kota itu juga sudah ada industri percetakan buku. Perpustakaan universitas dan milik pribadi pun bermunculan dengan beragam koleksi buku yang ditulis para ilmuwan.
Setelah Pertempuran Tondibi , terjadi expansi tentara bayaran dan budak, dijuluki Arma . Mereka dikirim oleh Saadi penguasa Maroko , Ahmad I al-Mansur , dan dipimpin oleh Judar Pasha untuk mencari tambang emas. Anne membawa akhir dari sebuah era relatif otonomi . Periode berikutnya membawa penurunan ekonomi dan intelektual. Tahun 1593, Ahmad al-Mansur saya mengutip ‘ketidaksetiaan’ sebagai alasan untuk menangkap, dan kemudian membunuh atau mengasingkan, banyak sarjana Timbuktu, sehingga perlahan terjadi kemunduran dikota Timbuktu. Sekarang Kota Timbuktu menjadi kota yang sangat memprihatinkan, di Benua Afrika kota ini termasuk kota yang miskin dan sangat rendah potensi kehidupannya, hal ini dikarenakan ekploitasi yang besar dari para penjajah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar