Bab I
Pendahuluan
Walisongo dikenal sebagai penyebar ajaran agama
Islam
di tanah
Jawa
dan Nusantara pada abad ke 14.
Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu
Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan
Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi
Hindu-
Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan
Islam. Mereka adalah simbol penyebaran
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga
berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas
serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut
dibanding yang lain.
Dalam era ini penyebaran agama islam mulai
intensif dilakukan, mereka menyebarkan agama islam dengan damai, mereka juga
melakukan akulturasi budaya untuk memudahkan penyebaran agama Islam didaerah
Nusantara, mereka memberikan pengertian tentang agama Islam yang tidak mengenal
kekerasan dalam ajarannya. Mereka banyak menceritakan kisah tentang
kepahlawanan yang dipadukan dengan pokok pokok dalam ajaran Agama Islam yang
disebarkan. Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunana Kalijaga adalah
contoh pengajaran yang menggunakan budaya jawa kuno, Sunan Kalijaga menggunakan
media Wayang Kulit yang sangat terkenal sebagai alat untuk menyampaikan dakwah-dakwah
tentang ajaran Islam di Nusantara. Para wali mendirikan pesantren- pesantren di
wilayah yang ramai untuk menarik minat dari masyarakat di daerah Nusantara.
Ada juga wali yang berhasil menjadi raja,
wali tersebut adalah Sunan Gunung Jati, beliau berhasil menjadi raja didaerah
Cirebon, beliau menjadikan Agama Islam menjadi besar dan juga membangun armada
perang dari golongan Muslim. Tapi pada akhirnya Sunan Gunung Jati meninggalkan
jabatannya untuk jalan berdakwah pada usianya yang senja. Para wali disamping
mengajarkan ajaran agama Islam mereka juga mengajari rakyat cara bercocok
tanam, berdagang dengan prinsip prinsip yang benar dan menjauhi dosa. Para Wali juga mengajarkan nyanyian nyanyian
jawa yang digunakan sebagai petuah petuah yang halus dalam memberi nasehat bagi
kehidupan berbangsa, mereka menciptakan tembang macapat yang didalamnya berisi
beberapa petuah dan juga wejagan bagi rakyat Nusantara.
Bab
II Perumusan
Masalah
Bagaimana peran Walisongo dalam proses
Islamisasi Nusantara?
Bab
III Isi
Penyebaran agama Islam di daerah Nusantara dimulai
ketika terjai kontak sosial antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang
dari daerah Timur Tengah, hal ini terjadi karena pada masa lalu daerah
nusantara adalah daerah yang subur dan merupakan sumber rempah- rempah yang
bermutu tinggi, karena hal ini banyak pedagang sengaja berdagang di daerah
nusantara. Pengajaran Agama Islam mula- mula terjadi didaerah daerah pesisir,
kecenderungan ini dikarenakan daerah pesisir merupakan daerah yang identik
dengan perdagangan.
Para pedagang Islam yang berasal dari daerah
timur tersebut melakukan perdagangan sambil melakukan penyebaran Agama Islam.
Hal tersebut dapat berlangsung karena mereka yang singgah di daerah Nusantara
tidak hanya sebentar dalam melakukan perdagangan, singgahnya para pedagang
pedagang tersebut mencapai satu musim, hal ini juga menyebabkan terjadinya
percampuran percampuran antara masyarakat lokal dengan para pedagang yang
berasal dari daerah luar Nusantara.
Percampuran
tersebut terjadi dengan cara pernikahan, hal resebut sangat wajar karena para
saudagar Islam yang datang ke nusantara tidak hanya sebentar singgah di
Nusantara mereka juga banyak yang menetap dan bermukim didaerah daerah yang
mereka datangi, para saudagar dianggap sebagai raja dalam masyarakat, hal ini
memungkinkan rakyat untuk tunduk dan mengikuti keinginan keinginan para
saudagar, ketertarikan rakyat juga dikarenakan ajaran agama Islam yang tidak
mengandung unsur kekerasan dalam setiap isinya.
Penyebaran
agama sendiri dilakukan secara damai dan tidak memaksa masyarakat untuk masuk
kedalam ajaran agama Islam. Tapi lambat laun agama Islam sendiri diterima oleh
lapisan lapisan masyarakat karena dalam ajaran agama Islam manusia tidak
dilihat dari seberapa kaya harta yang dimilikinya melainkan seberapa kaya iman
mereka kepada sang pencipta, hal inilah yang paling disukai karena tidak adanya
perbedaan kasta atau golongan. Manusia menurut agama Islam adalah sama tidak
dibedakan melalu harta melainkan melalui ketaatan.
Penyebaran
agama Islam pada masa selanjutnya dilakukan oleh beberapa orang yang kita sebut
dengan Walisongo, mereka adalah para ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam
secara luas kedaera daerah Nusantara.
Berikut adalah nama nama Walisongo dan daerah
daerah penyebaran agama Islam yang dilakukan
1.Sunan
Gresik
adalah keturunan
ke-22 dari
Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik,
atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Ia diperkirakan
lahir di
Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad
ke-14. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3
isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja
Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan
Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah,
Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin
Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya
Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali
Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji
Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid
Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap
sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara
baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan
masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim
berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada
tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan,
Gresik,
Jawa Timur.
2.
Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama
asli Raden Rahmat, keturunan, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang
bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Sunan
Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya
bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam
tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng
Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi
Karimah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila
binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan
Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi
Karimah, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan
Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih.
Beliau mengajarkan ajaran agama islam didaerah Jawa Timur dan sekitarnya.
3. Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel, dan
merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui
kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan
sebagai penggubah suluk Wijil dan
tembang Tombo Ati,
yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa
ialah dengan memasukkan rebab danbonang, beliau adalah salah satu wali yang menggunakan media
yang berasal dari kebudayaan asli jawa yang dikulturasikan. Beliau adalah salah
satu wali yang mampu mengalkulturasikan budaya asli Jawa dengan Islam, sehingga
agama Islam dapat diterima oleh masyarakat di Nusantara.
4.
Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah
putra Sunan Ampel. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa
Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkurdisebutkan sebagai ciptaannya.
Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat,
Lamongan. Beliau adalah wali yang mengajarkan agama Islam didaerah Jawa Timur,
beliau adalah wali yang tidak mau terjadi percampuran antara agama Islam dan
Animisme, karena hal tersebut dapat menimbulkan Bid’ah, beliau menantang secara
keras percampuran tersebut.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah
putra Sunan Ngudung , dengan
Dewi Ruhil Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel Sebagai seorang
wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan
Demak, yaitu sebagai panglima perang,
penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak
berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah
menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa
Demak, dan Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang
terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu
dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara
seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam
di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah
satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama
Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Pengikut dari Sunan Giri disebut santri
putihan karena beliau dan muridnya menentang adanya percampuran ajaran agama
Islam dengan animisme.
7. Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta, Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian
dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan
tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya
dianggap sebagai hasil karyanya adalah tokoh wali yang menggunakan banyak
ritual asli jawa dalam menyebarkan Islam, anggapan beliau bahwa apabila agama
Islam sudah tertanam dengan baik tradisi tradisi yang bercampur akan hilang
dengan sendirinya. Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab
cerita-cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak
cerita-cerita yang dibuatnya yang isinya menggambarkan ethik ke-Islam-an,
kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam , hanya diselipkan
ke dalam cerita kewayangan. oleh karena Sunan Kalijaga mengetahui, bahwa pada
waktu itu keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik
perjuangan beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu.
8. Sunan Muria
Sunan Muria atau
Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan
Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan
Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah
adik ipar dari Sunan Kudus. Beliau senang berada di daerah terpencil dan juga
mengajarkan cara bercocok tanam yang baik, beliau berdakwah didaerah Muria dan
sekitarnya, beliau juga menciptakan tembang Sinom dan Kinanthi, beliau juga
ddikenal sebagai penengah dalam banyak urusan dimasyarakat.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung
Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon.
Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan
agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan
Banten.
Para Walisongo melakukan penyebaran
agama Islam menggunakan model model yang berbeda agar rakyat yang semula
beragama Hindu dan Budha dapat mereka pengaruhi untuk masuk kedalam ajaran
agama Islam, beberapa orang wali menggunakan media lagu lagu dan juga budaya
peninggalan masyarakat jawa lama sebagai bahan penyampaian dakwahnya. Beberapa
wali juga sangat kaku dalam pengajaran agama Islam alasan dari itu adalah agar
agama Islam tidak bercampur dengan ajaran agama setempat dan beberapa wali
lainnya mencampurkan tradisi tradisi lokal dan di alkuturasikan dengan ajaran
agama Islam, tujuan dari ini adalah agar agama Islam mudah diterima masyarakat.
Para walisongo adalah manusia yang
berjiwa besar, karena mereka tidak mudah menyerah dalam mengajarkan agama
Islam pada saat itu, pada masa itu
masyarakat masih sangat fanatik dengan agama Hindu dan Budha, untuk meluaskan
ajaran agama Islam tidak jarang mereka harus berhadapan langsung dengan bahaya
dari orang orang yang tidak suka agama lain masuk ke Nusantara, dan menyaingi
agama mereka. keadaan inilah yang memaksa para Walisongo untuk bersabar dalam
penyampaian agama Islam di Nusantara.
Kebijaksanaan mereka pun menjadi
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi masyarakat Nusantara pada saat itu, para
walisongo tidak memikirkan kehidupan mereka sendiri, mereka berusaha untuk
menjadikan ekonomi rakyat baik, alasan ini dikarenakan bila ekonomi rakyat
baik, maka saat beribadah mereka dapat melakukannya secara khusuk. Selain itu
walisongo juga melakukan pembangunan pembangunan dibidang pendidikan,
arsitektur dan juga dibidang ekonomi politik, tujuannya agar Nusantara menjadi
negara yang besar dan berpegang pada hukum hukum Islam.
Dalam penyebarannya walisongo juga meninggalkan
peninggalan dalam beberapa bidang, diantaranya
1.
Dalam bentuk
bangunan
Para Walisongo banyak membangun masjid masjid yang
mempunyai gaya arsitektur yang merupakan campuran kebudayaan timur dengan
kebudayaan Nusantara pada masa itu, selain masjid, nisan juga merupakan
peninggalan para walisongo dalam bidang arsitektur dan bangunan.
2.
Dalam bentuk karya
seni
Walisongo
juga banyak melakukan pengakulturasian kebudayaan, sehingga menciptakan banyak
karya seni yang mengandung unsur jawa dan juga unsur Islam. Karya seperti
tembang Macapat dan juga banyak babad dan syair juga merupakan peninggalan dari
para Walisongo. Yang tidak kalah bagus adalah seni kaligrafi yang berkembang
hingga saat ini.
.
Bab
IV
Penutup
Agama
Islam yang masuk ke nusantara, merupakan agama baru yang belum banyak diketahui
oleh rakyat, karena pada saat itu agama yang berkembang didaerah Nusantara
adalah agama Hindu dan Budha, para Walisongo mengajarkan agama Islam dengan
damai, ajaran Islam di nusantara berkembang karena dalam agama Islam tidak
mengenal kasta golongan, dalam ajaran Islam senua manusia sama disisi tuhan,
mereka hanya dibedakan dengan ketaatannya. Lambat laun agama Islam menjadi
agama besar di daerah nusantara, hal ini membuat para petinggi agama lain
merasa terancam oleh agama Islam. Peranan mereka dalam proses islamisasi sangat
penting karena merekalah yang berhasil membuat agama Islam berkembang di
Nusantara.
Perjuangan
dari para walisongo berhasil mengalahkan dan mengislamkan para musuh musuhnya,
hal ini dikarenakan kebijaksanaan para walisongo dan juga karena lembutnya
ajaran agama Islam, pemeluk agama Islam pun semakin besar di seluruh penjuru
Nusantara hingga saat ini.