Jepang datang ke Indonesia pada
awalnya menjanjikan suatu perdamaian yang ingin dicapai oleh rakyat Indonesia,
namun lama kelamaan tujuan asli Jepang datang ke Indonesia akhirnya terlihat
juga, Jepang ingin menguasai Indonesia dan juga melakukan ekploitasi yang besar
terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Di
saat Jepang ada di Indonesia mereka mulai melakukan pelatihan militer dengan
tujuan mencari tentara murah dalam menghadapi perang melawan sekutu. Di dalam
waktu yang pendek itu penjajahan dirasa sangat memberatkan bagi rakyat
Indonesia karena pemerintahan Jepang lebih kejam daripada pemerintahan kolonial
Belanda.maka dibanyak tempat terjadi perlawanan perlawanan terhadap kekejaman
tentara Jepang dan terjadi banyak perang perang yang memakan banyak korban,
salah satunya adalah pertempuran 5 hari di Semarang, pertempuran ini adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah
perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa.Pertempuran dimulai pada tanggal
15 Oktober 1945 dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945. 2 hal utama yang
menyebabkan pertempuran ini terjadi karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Kariadi.
kronologi kejadian
pembunuhan terhadap dr Kariadi adalah sebagai berikut
Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14
Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi
untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS
Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan
merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara
Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB,
pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus
melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber
air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir
Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa
ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang
menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan
air di Candi, desa Wungkal, waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di
kota Semarang. Sebagai kepala RS Purusara Dokter Kariadi berniat
memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah
Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr.
Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita
Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan
harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang
telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke
Reservoir Siranda. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu,
mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang
ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah
sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi
sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur
dalam usia 40 tahun satu bulan.
dan pada akhirnya pengorbanan dari rakyat Semarang pun berbuah manis, pasukan Jepang berhasil ditundukan, walaupun dari kalangan rakyat memakan korban yang sangat besar, hal ini menjadi bukti bahwa persatuan pada masa itu sangatlah besar.