Total Tayangan Laman

Laman

Rabu, 12 Desember 2012

Pertempuran 5 hari di Semarang


Jepang datang ke Indonesia pada awalnya menjanjikan suatu perdamaian yang ingin dicapai oleh rakyat Indonesia, namun lama kelamaan tujuan asli Jepang datang ke Indonesia akhirnya terlihat juga, Jepang ingin menguasai Indonesia dan juga melakukan ekploitasi yang besar terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Di saat Jepang ada di Indonesia mereka mulai melakukan pelatihan militer dengan tujuan mencari tentara murah dalam menghadapi perang melawan sekutu. Di dalam waktu yang pendek itu penjajahan dirasa sangat memberatkan bagi rakyat Indonesia karena pemerintahan Jepang lebih kejam daripada pemerintahan kolonial Belanda.maka dibanyak tempat terjadi perlawanan perlawanan terhadap kekejaman tentara Jepang dan terjadi banyak perang perang yang memakan banyak korban, salah satunya adalah pertempuran 5 hari di Semarang, pertempuran ini adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa.Pertempuran dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945. 2 hal utama yang menyebabkan pertempuran ini terjadi karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Kariadi.
 kronologi kejadian pembunuhan terhadap dr Kariadi adalah sebagai berikut
Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Sebagai kepala RS Purusara Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan. 
dan pada akhirnya pengorbanan dari rakyat Semarang pun berbuah manis, pasukan Jepang berhasil ditundukan, walaupun dari kalangan rakyat memakan korban yang sangat besar, hal ini menjadi bukti bahwa persatuan pada masa itu sangatlah besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar